Showing posts with label Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Indonesia. Show all posts

Sunday, July 14, 2013


Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan merasa risih mendapati karcis kereta yang digunakan penumpang harus di tap atau ditempelkan ke mesin pemindai yang ada di sebelah kiri pintu masuk penumpang.

Sistem baru yang digunakan oleh PT KAI untuk menertibkan penumpang dengan memberlakukan one way ticketing, menurutnya, masih mengadopsi sistem di luar negeri. Dahlan langsung melakukan pembicaraan melalui telepon dengan PT KAI untuk dapat merubah sistem ini.

"Itu bukan psikologis kita. Ini masih sistem luar, Indonesia lebih banyak itu kanan," ucap Dahlan via telepon kepada staf PT KAI, Jakarta, Sabtu (13/7).

Masyarakat Indonesia memang lebih aktif menggunakan tangan kanan dalam beraktivitas. Oleh sebab itu, sistem yang menggunakan aktivitas tangan kiri akan menghambat kelancaran pengguna kereta di Tanah Air.

Seperti diketahui, Dahlan menargetkan tiket elektronik atau E-ticketing Commuter Line bisa laku hingga 300 ribu kartu dalam sebulan mendatang. Dengan demikian, antrean pengguna moda transportasi itu yang sempat mengular belakangan ini yang menjadi masalah di stasiun bisa hilang.

Terlepas dari itu, dia memaklumi jika dalam beberapa waktu ke depan masih terdapat antrean pengguna commuter line di loket stasiun. Ini lantaran sistem tiket elektronik yang baru dijalankan PT KAI masih butuh adaptasi.




Menjelang senja, Desa Melung, Banyumas, Jawa Tengah, terlihat sepi. Suasananya seperti biasa, damai, sejuk, dan bersahaja. Tidak ada yang membuatnya tampak istimewa dibandingkan desa-desa tetangga. Kasat mata, hanya terlihat sekumpulan rumah sederhana, dikepung perbukitan serta pepohonan hijau di lereng Gunung Slamet.

"Dulu, jam segini, warga sering berkumpul di sudut jalan. Biasanya di kedai. Melepas lelah setelah seharian bekerja. Ada yang pulang bertani, dagang, macam-macam," tutur Agung Budi Satrio kala berbincang-bincang dengan VIVAnews di rumahnya, 9 Juli 2013. Budi —begitu dia disapa— adalah mantan Kepala Desa Melung.

"Tapi, pemandangan itu sudah jarang terlihat lagi. Sejak warga di sini mengenal Internet, mereka lebih kerasan berada di rumah. Hanya sesekali kumpul-kumpul di luar rumah," katanya, sembari menyeruput kopi.

Internet?

Melung bukan desa di pinggiran kota. Memiliki luas area sekitar 1.320 hektar, ini desa di pelosok yang berada di ketinggian 600 meter dari permukaan laut, di lereng Gunung Slamet. Jaraknya sekitar 20 kilometer dari jantung ibukota Kabupaten Banyumas.

Cuma, nama desa berpenduduk sekitar 2.000 jiwa ini kencang bergaung di dunia maya. Desa kecil ini sohor dengan julukan “desa-Internet”, desa yang melek teknologi informasi.

Modal Rp6 Juta

Budi bukan sembarang kepala desa. Dialah sang penggagas gerakan “Internet masuk desa” di Melung.

Saat wartawan VIVAnews menyalakan laptop, dia langsung menukas, "Tidak usah pakai modem. Buat apa?"

Tahu yang diajak bicara mendadak jadi bengong, Budi buru-buru menjelaskan sembari tersenyum. "Hampir seluruh kawasan di desa ini sudah menjadi hotspot area, tinggal disambung saja.”

Budi pun berkisah.

Suatu waktu di tahun 2008 dia merenung, menyadari lokasi desanya yang amat terpencil dan tersisih dari derasnya arus informasi di luar sana. Informasi hanya dapat diperoleh dari surat kabar, tapi cuma bisa diakses segelintir warga. Infrastruktur telekomunikasi sudah mulai menjangkau Melung, tapi jauh dari memadai; untuk tidak bilang memprihatinkan.

Entah bagaimana, dia pun bertekad memperkenalkan teknologi informasi, termasuk akses Internet, pada warganya. "Saya ingin membawa Internet sampai ke desa ini, apa pun caranya," Budi mengisahkan tekadnya. Ketika itu dia masih menjabat Kepala Desa (2002-2012), memimpin empat Rukun Warga.

Bermodalkan Rp1,5 juta, yang diambil dari kas desa, Budi lalu menyewa jaringan Telkom Flexi, lengkap dengan koneksi Internetnya. "Tapi, setelah beberapa bulan, koneksinya mengalami kendala. Kecepatannya sangat lambat,” kisahnya.

Di tahun 2009, mereka beralih ke Telkom Speedy.

Namun, instalasi jaringan Telkom Speedy tak semulus yang dibayangkan. Karena keterbatasan jaringan, koneksinya tidak bisa menjangkau Balai Desa Melung. Lagi-lagi Budi dipaksa memutar otak.

Tak lantas patah arang, dia pun menemukan siasat: menyambung jaringan Speedy terdekat dengan rumahnya, yang berjarak satu kilometer dari Balai Desa.

"Untuk meneruskan koneksi Internet agar bisa sampai ke Balai Desa, kami mengambil dana lagi dari kas desa sebesar Rp4,5 juta. Dana itu untuk membeli antena pemancar dan penerima. Pemancar dipasang di rumah saya, sedangkan antena penerima di Balai Desa."

Budi menjelaskan alat pemancar dan penerima yang dibelinya adalah antena omni. Ini antena nirkabel sederhana, berwujud tiang panjang menyerupai busur panah. Fungsinya pun tak mewah, cuma untuk memperluas area jangkauan sinyal Wi-Fi. Semakin besar volume dBi, maka semakin luas atau jauh pula area yang bisa dijangkau. 

Sedikit demi sedikit, jangkauan Internet diperluas.

Selain di rumah Budi di Dusun Gerembul Melung dan Balai Desa, antena omni juga dipasangkan di gedung SMP Negri 3 Kedung Banteng. Ini sebagai entry point Internet untuk dua dusun lain, yaitu Gerembul Depok dan Gerembul Kaliputra.

Untuk satu antena omni, diperlukan biaya Rp1,2 juta. Total, dia merogoh Rp3,6 juta untuk tiga antena.

Untuk antena yang menyebar sinyal hotspot di Balai Desa dibeli seharga Rp475 ribu. "Menggunakan router. Alat ini dipasang di tempat yang tinggi menggunakan pipa, supaya bisa menjangkau seluruh area Balai Desa," terang Budi.

Router yang sama dipakai di Gerembul Depok dan Gerembul Kaliputra agar koneksi Wi-Fi merata. Per bulan, Pemerintah Desa Melung menyisihkan Rp219 ribu untuk berlangganan Paket Sosial, paket Internet Telkom Speedy yang paling terjangkau.

Strategi "Bisnis"

Untuk meringankan beban, biaya pemasangan jaringan ini dibagi dua antara Pemerintah Desa Melung dan SMP Negeri 3 Kedung Banteng. 

"Awalnya, penggunaan Speedy masih dibatasi. Maksimal area hotspot hanya boleh di tiga lokasi, yaitu di rumah saya, Balai Desa, dan gedung SMP Negeri 3 Kedung Banteng," ujarnya.

Tanpa diduga, antusiasme warga meledak tak terkendali. Perlahan tapi pasti, mulai dari bocah sampai orang tua melahap "makanan baru" bernama Internet itu. Satu demi satu warga mulai berburu PC dan laptop murah, sampai ponsel bekas, supaya bisa menikmati Internet. Bagi yang kurang mampu, dipersilakan menggunakan komputer di Balai Desa. "Ada juga yang mengambil program cicilan," tutur Budi.

Tak pelak, jumlah netter di Desa Melung terus berkembang. Budi melihat momentum berharga.

Merogoh kocek pribadi, antena penerima dan pemancar hotspot dia tambah, dari tiga menjadi tujuh unit. Ini membuat jaringan Wi-Fi semakin luas, dan menjangkau hampir seluruh sudut desa.

Hari ini, dari empat Rukun Warga di Desa Melung, tiga di antaranya sudah dijangkau penuh oleh jaringan Wi-Fi, meliputi Gerembul Melung, Gerembul Depok, dan Gerembul Kaliputra. Yang tersisa tinggal Gerembul Salarendeng.

"Letaknya di tepi, satu kilometer dari Gerembul Salarendeng. Kondisi geografis yang sulit membuat Dusun Salarendeng belum dijangkau Internet. Tapi, ini hanya soal waktu," ujar Budi optimistis.

Dari Website sampai Open Source

Memang, Budi mengakui, manfaat ekonomi yang langsung dinikmati warga Melung belum terlihat. Sejauh ini, akses Internet baru memudahkan warga memperoleh dan saling berbagi informasi. Seperti di kota hampir setiap warga Melung memiliki akun Facebook dan Twiter.

Di tingkat Desa, Budi dkk membuat website www.melung.desa.id. "Di Web ini, pemerintah desa dapat menuliskan seluruh informasi dan kegiatan yang berkaitan dengan Desa Melung," ujar Margino. Dia adalah administrator website Desa Melung ex officio Kepala Urusan Keuangan Desa Melung.

Margino membagi pengelolaan sistem teknologi informasi di Melung menjadi dua. Pertama, pengelolaan jaringan Internet menggunakan akses Wi-Fi, termasuk software berbasis open source. Kedua, pengelolaan website Desa Melung.

Dalam mengurus jaringan Internet, Margino tidak sendirian. Dia dibantu oleh teknisi —juga warga desa setempat-- yang bersiaga 24 jam jika terjadi kerusakan. Untuk sistem operasi, Margino memastikan segenap perangkat desa tidak lagi menggunakan Windows, tapi yang berbasis open source.

"Kami memakai Linux, Ubuntu, dan sistem operasi lokal, BlankOn Banyumas, yang memakai Bahasa Jawa Banyumas. Ini diciptakan agar warga yang tidak bisa berbahasa Indonesia tetap bisa membuat berita atau kabar dengan Bahasa Banyumasan untuk di-update ke situs Melung," Margino menjelaskan kepada VIVAnews.



Selain mudah diaplikasikan dan gratis, menurutnya, penggunaan sistem operasi open source relatif lebih aman dari ancaman virus. Beberapa tahun lalu, Margino mengisahkan, semua perangkat komputer di Balai Desa ngadat karena terinfeksi virus. "Masalah itu teratasi sejak kami menggunakan sistem operasi open source. Lebih aman, murah juga. Kami tak perlu membeli sistem operasi yang mahal, sampai 15 juta rupiah per tahun," ungkapnya.

Bagaimana dengan pengelolaan website Desa Melung?

Dia menjelaskan, pembagian tugas meliputi berbagai hal terkait pengelolaan data --mulai dari data kependudukan, data potensi sumber daya alam, beragam peristiwa di desa, serta beragam informasi kegiatan desa.

"Supaya pengunjung website bisa mengetahui potensi Desa Melung seperti pertanian, peternakan, dan seni budaya. Semua ada. Lengkap. Bahkan, kami juga mempunyai daftar warga yang menjadi TKI di luar negeri. Jadi bisa dikontrol, mengantisipasi kalau ada apa-apa," ucap Margino.

Untuk dicatat, selama ini Margino mengelola website Desa Melung melalui ponsel pintar di genggaman tangannya.

Masa depan Melung

Belum lama ini Budi lengser. Langkahnya diteruskan oleh penggantinya, Khoerudin. 

Kepala Desa yang baru ini bertekad menggenjot akses dan fasilitas Internet di Melung ke tahap selanjutnya. Dalam satu tahun, dia bersiap menggelontorkan dana dari kas desa sebesar Rp78 juta. Porsi terbesarnya, yakni 70 persen, adalah untuk pembangunan infrastruktur. 

Menurut Khoerudin, selama ini tidak ada sepeser pun dana dari Pemerintah Kabupaten, Provinsi, apalagi Pusat yang diteteskan untuk membantu pembangunan infrastruktur Internet di desanya. Melung menjadi “Desa-Internet” sepenuhnya berkat inisiatif dan dana dari pemerintah desa dan warga setempat.

Ironis.

"Sejauh ini, keberadaan Internet telah banyak dimanfaatkan oleh warga masyarakat, meski baru sebatas mengenal situs jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Tapi beberapa sudah mulai mencari-cari informasi tentang pertanian dan usaha," ungkap Khoerudin.

Dalam perkembangannya nanti, dia berharap warga mulai memanfaatkan Internet untuk memasarkan produk setempat dan bersiap menyambut era e-commerce.
Menginspirasi

Melung kini menjadi inspirasi sekaligus "sekolah" bagi desa-desa tetangganya di dalam maupun luar Kabupaten Banyumas (Lihat: Menembus Jagat Maya dari Desa).

Budi menjelaskan program Internet Melung menjadi embrio lahirnya Gerakan Desa Membangun. Ini sebuah gerakan yang dilandasi semangat membangun desa dengan berbasiskan Internet dan teknologi informasi, secara mandiri dan swadaya. Gerakan ini mencakupi sejumlah kegiatan mendasar, seperti membangun jaringan Internet, menggunakan sistem open source pada perangkat komputer, serta membuat Website gratis. Sejauh ini, sudah sekitar 30 desa yang bergabung dalam gerakan ini.

"Gerakan Desa Membangun yang dirintis dari Desa Melung terus berkembang. Di wilayah Kabupaten Banyumas saja tercatat lebih dari 28 desa yang terlibat. Gerakan ini juga berkembang pesat di sejumlah daerah lain di Indonesia," ujar Budi, bangga, sembari berapi-api menekankan bahwa ini gerakan swadaya masyarakat. "Tanpa harus menggunakan anggaran pemerintah yang terkadang hanya berorientasi proyek, sementara program yang dijalankan nyaris tidak ada."

Hal ini diamini Djadja Achmad Sardjana, pakar teknologi informatika ITB. Dia berpendapat Gerakan Desa Membangun bisa menjadi nafas baru rakyat pedesaan dalam membangun. "Ini gerakan desa membangun, bukan membangun desa," kata Djadja.

Dia juga mengkonfirmasikan betapa “virus Internet” telah mulai menyebar dari Melung ke desa-desa lain di luar Banyumas. Salah satunya adalah Desa Mandalamekar di Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya. "Bahkan, di Mandalamekar, kepala desa di sana sudah membuat program jangka panjang 25 tahun untuk membangun desa," kata Djadja. (kd)

Saturday, July 13, 2013



Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia dan gerbang masuk dan keluar barang2 yang ada di Indonesia. Namun seperti yang diberitakan akhir-akhir ini, Tanjung Priok sudah mencapai titik kapasitas maksimumnya sehingga mengakibatkan pelayanan bongkar muat barang memerlukan waktu 9 hari (waktu ideal 3 hari) dan kemacetan luar biasa.

Berikut ini sekilas mengenai posisi Tanjung Priok saat ini :






cat :
PT. MTI = Multi Terminal Indonesia
PT. JICT = Jakarta International Container Terminal
TPK Koja = Terminal Peti Kemas Koja
Car Terminal = Terminal Mobil




Ambon adalah ibu kota Maluku, dahulu Ambon merupakan daerah peghasil rempah rempah terbaik dunia sampai sekarangpun masih. selain penghasil rempah rempah Ambon juga dikenal keindahan alamnya yang begitu memukau bagi siapa saja yang mengunjungi Ambon. Kota Ambon terletak di daerah datar yang dikelilingi oleh teluk Ambon yang indah yang didukung oleh pegunungan hijau subur dan menghadap dalam air jernih dan taman karang berwarna-warni dan spesies beraneka ragam.

Patung Martha Christina Tiahahu, Simbol perjuangan Rakyat Maluku yang pantang menyerah.

Kota Ambon juga dikenal sebagai 'Ambon Manise' yang berarti Ambon itu manis atau cantik. Nama ini dikarenakan keindahan alam Ambon yang menawan dan keramahan orang di sini. dan juga Ambon dikenal sebagai pulau tropisnya Indonesia. Sebagai salah satu tempat paling awal di Indonesia yang ditempati oleh kekuasaan kolonial Belanda, Ambon memiliki sejarah yang panjang. karena banyak kebudayaan Ambon saat ini telah tercampur warisan Eropa dan masyarakat lokal Ambon. disini kita dapat menemukan benteng abad-tua dan literatur kerajaan lokal yang menelusuri banyak cerita rakyat. selain itu Ambon sebagai tempat berbagai ras ada disini dan rumah bagi berbagai etnis salah satunya termasuk suku Alifuru asli, orang Jawa yang bermigrasi kesini, Sumatra, Minahasa, orang-orang Arab yang datang pada abad ke-9, Eropa, dan Cina yang pertama datang di abad ke-7 untuk berdagang di daerah makmur pulau rempah-rempah ini. Pada tahun 2000an Ambon sempat mengalami Perang dan bentrok antar Ras dan Suku, tetapi saat ini Ambon merupakan Destinasi yang sangat aman. ketika saya berkeliling dan jalan jalan di Ambon masyarakatnya sangat ramah. 

lokasi wisata yang dapat kita kunjungi di Kota Ambon diantaranya :
1. Patung Pattimura (pahlawan nasional dari Ambon), di Lapangan Merdeka
2. Tugu Dolan di Kudamati
3. Tugu Trikora di Urimesing
4. Franciscus Xaverius (St Francis Xavier) Patung (seorang Katolik misionaris) di Batumeja
5. Rumphius monumen di Batu Meja
6. Namalatu Beach at Latuhalat
7. Natsepa Indah Beach di Natsepa
8. Santai Beach at Latuhalat
9. Pintu Kota di Airlow
10. Gong Perdamaian Dunia (World Peace Gong)
11. V.O.C. Bunker di Benteng Atas

Berikut Beberapa Foto Keseniannya




Friday, July 12, 2013


kriteria penilaian :
1. total biaya selama 8-10 semester
2.merupakan program s1 bukan kelas internasional
3.bukan biaya sekolah kedokteran / kedokteran gigi / prodi bidang medis
4.tidak mencakup biaya sumbangan sukarela, hanya murni biaya pendidikan.

1. PRESIDENT UNIVERSITY




RATA-RATA BIAYA KULIAH = RP 25.000.000 / SEMESTER
TOTAL BIAYA KULIAH = RP 250.000.000

2. SWISS GERMAN UNIVERSITY (SGU)



RATA2 BIAYA KULIAH = RP 24.000.000 - 28.000.000 / SEMESTER
TOTAL BIAYA = RP 223.000.000 - RP 247.000.000

3. UNIVERSITAS PELITA HARAPAN (UPH)


RATA-RATA BIAYA KULIAH = RP 9.000.000 S/D 15.000.000 / SEMESTER
TOTAL BIAYA KULIAH = 130.000.000 - 200.000.000

4. UNIVERSITAS CIPUTRA




5. UNIVERSITAS TRISAKTI



6. UNIVERSITAS TARUMANAGARA (UNTAR)



7. UNIVERSITAS BINA NUSANTARA (BINUS)



8. UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA (UAJ)


Tuesday, June 25, 2013

Kalau di jelaskan satu per satu sepertinya repot. Lebih baik kita sebutkan saja segudang gaya dan kebiasaan anak sekolahan zaman sekarang.

Kita akan golongkan dalam tiga periode waktu yakni pagi, siang dan malam.
Pagi:
- Berangkat ke sekolah naik motor/mobil
- Malas naik angkutan umum
- Gengsi kalau jalan kaki
- Gaya udah kayak artis
- Di kelas ngegosip
- Ngumpul di kantin bareng anggota geng
- Kalau ujian nyontek, liat jimat dan berbagi jawaban lewat sms
- Update status
- Narsis alias jepret sana jepret sini
- Pakai hape ato BB
- Bawa laptop agar bisa online gratis lewat wifi sekolah
- Pas belajar TIK di ruang Komputer, curi-curi buka facebook dan tidur-tiduran
- Izin ke toilet buat ngerokok
- Baju dikeluarin bagi yang cowok
- Sering dipanggil ke kantor karena tidak pakai sepatu hitam (putih/berwarna)
- Pas ada guru yang membosankan, minta izin keluar tapi gak balik-balik sampai pergantian jam
- Pura-pura sakit supaya bisa makan gratis dan tidur sepuasnya di ruang UKS
- Ke perpustakaan kalau ada tugas yang mewajibkan pakai referensi
- Kalau bikin tugas seringnya copas alias Copy-Paste
- Sebelum guru masuk kelas, pinjam buku teman untuk ngerjain PR
- Suka pamer kekayaan
- Cabut

Siang-sore:
- Pulang sekolah mampir ke warnet atau main biliard
- Ngumpul-ngumpul di café
- Pergi ke suatu tempat bareng pacar
- Maen PS di rumah teman
- Sorenya main futsal atau sepak bola
- Minta uang untuk foto kopi padahal untuk beli pulsa
- Ngebut-ngebut di jalan

Malam:
- Izin ke rumah teman ngerjain tugas padahal ngapel ke rumah pacar
- Mojok bareng pacar di tempat yang gelap
- Main game online
- Cek status, upload foto sama ganti profil
- Main futsal bareng konco-konco
- Pulang di atas jam 10 bahkan hingga tengah malam

Wah… segitunya ya gaya anak sekolahan zaman sekarang? Kapan Indonesia bisa maju???!!!
Masih ada yang lain? Silahkan tambahkan di bawah…
Motto anak sekolahan: HIDUP SANTAI MASA DEPAN CERAH… alaamaaaakkk……!

Kerjasama internasional adalah elemen penting dalam pelaksanaan kebijakan dan politik luar negeri Indonesia. Melalui kerjasama internasional, Indonesia dapat memanfaatkan berbagai peluang untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam hal ini kerjasama ASEAN memegang peran kunci dalam pelaksanaan kerjasama internasional Indonesia, karena merupakan lingkaran konsentris terdekat di kawasan dan menjadi pilar utama pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Dalam kurun waktu 42 tahun sejak terbentuknya ASEAN, telah banyak capaiancapaian yang diraih dan sumbangsih yang diberikan ASEAN bagi negara-negara anggotanya. Salah satunya yang terpenting, adalah terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan, sehingga pembangunan Indonesia dapat terus dilaksanakan dan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN juga terus mengalami peningkatan.

Siapkah kita menyongsong ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 ???
dimanakah peran anda pada saat itu???

Gini ceritanya, negara kita tercinta Indonesia ini kan bagian ASEAN. Nah, ASEAN itu punya cita-cita pada 2015 kelak ada ASEAN Economic Community (AEC) atau yang bahasa Indonesianya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).


Bagi agan-agan yang belum tahu, salah satu poin penting dari AEC ini adalah adanya perdagangan bebas. Jadi, kelak tidak ada bea masuk untuk produk yang dipasarkan antar negara ASEAN. Tujuannya mulia gan, biar ASEAN bisa jadi salah satu pusat kekuatan perekonomian dunia.

Videonya gan :

Terus apa hubungannya AEC dengan gak mikirin ijazah?

Jadi gini gan, karena perdagangan bebas tersebut, tenaga kerja asing juga bakal mudah masuk ke Indonesia. Perusahaan jadi punya lebih banyak pilihan untuk pegawainya. Nah, ekspatriat2 itu kan kalau kompetensinya tinggi tapi mau dibayar murah pasti lebih diutamakan ketimbang tenaga kerja lokal. Padahal kan belum tentu juga tenaga kerja asing lebih handal dari yang lokal. 

Pemerintah punya cara biar tenaga kerja yang benar2 punya kemampuan bisa dapat kesempatan bersaing dengan tenaga kerja asing. Gak kalah sebelum bertanding hanya gara-gara label "asing". Caranya dengan pemberlakuan KKNI. 

KKNI itu semacam NQF atau National Qualification Framework atau Kerangka Kualifikasi Nasional. Karena ini Indonesia, maka namanya jadi IQF (Indonesia Qualification Framework) atau KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Dengan adanya kualifikasi ini nantinya tenaga kerja gak cuma dilabeli dengan lulusan Sarjana, lulusan Master, lulusan SMA atau label lulusan lainnya. Kelak akan ada level kompetensi yang disematkan pada setiap individu gan 

Jadi ntar ada sarjana level 5, ada sarjana level 7 dan sebagainya.

Levelnya dapat dari mana?

Level tersebut di dapat dari verifikasi yang dilakukan oleh badan atau lembaga bentukan pemerintah gan. Jadi ntar setiap bidang keahlian ada deskripsi-deskripsi level keahliannya. Misal nih, untuk level 1 di bidang Teknik Elektro, seorang tenaga kerja harus bisa pasang lampu di dinding. 
Cuma contoh ngasal gan., tapi kira-kira seperti itu lah.

Lebih lanjut mengenai KKNI bisa dilihat di http://penyelarasan[dot]kemdikbud[dot]go[dot]id/content/detail/201.html 

Bagi teman2 yang butuh info ttg AEC, Silahkan donlod


blueprint #AEC2015: http://t.co/vnZBuKpN & videonya https://t.co/QFTa59p9


Mari kita coba bereksperimen untuk membuktikan tentang bahayanya menggunakan HP di Pom bensin.
Sediakan bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan, yaitu :
1. Panci datar atau teflon..
2. tiga lembar kartu/kertas. misal kartu manila, tapi jangan pakai kartu kredit atau kartu ATM, maupun sim card.
3. 1 lembar aluminium foil atau kertas berlapis timah. agan tau kan??
4. yang pasti sediain Handphone gan ..
5. yang terakhir adalah Bensin. bisa beli ataupun ambil dari tangki motor agan.


Langkah 1 :
Susun bahan percobaan seperti ini 

Langkah 2 :
Letakkan aluminium foil di atas kartu/kertas

Langkah 3 :
Siramkan minyak di sekitar kartu dan kemudian gunakan HP Anda buat telpon seseorang.

Langkah 4 :
Bensin pun terbakar dengan hebat

*SO,, hati2 nyalain HP di POM gan..
nih video nya gan